Senin, 05 Juni 2017

Morfologi Batang




LAPORAN PRAKTIKUM
MORFOLOGI TUMBUHAN
“STRUKTUR MORFOLOGI BATANG”





Oleh
Nama                  :  Ayu Fardany Pramesty
NIM                   : 160210103075
Program Studi    : Pendidikan Biologi
Kelompok          : 4






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
                                                              2017                                       





I.          JUDUL
Struktur Morfologi Batang
II.       TUJUAN
1.    Tujuan Kegiatan 1
     Mempelajari struktur umum batang dan fungsinya pada tumbuhan dikotil dan monokotil.
2.  Tujuan Kegiatan 2
Mempelajari berbagai struktur batang yang telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
3.       Tujuan Kegiatan 3
Mempelajari perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur pohon.
III.   TINJAUAN PUSTAKA
Batang (Caulis) adalah organ yang terdiri dari sistem nodus (node) yang berselang-seling, titik tempat daun melekat, dan internodus (internode), segmen batang di antara nodus-nodus. Pada sudut teratas (aksil) yang terbentuk oleh setiap daun dan batang terdapat kuncup aksilaris (axillary bud), struktur yang dapat membentuk tunas lateral, biasa disebut cabang. Sebagian besar kuncup aksilaris suatu tunas muda bersifat dorman (tidak tumbuh). Dengan demikian, pemanjangan tunas muda biasanya terkoonsentrasi di dekat ujung tunas, yang terdiri dari kuncup apikal (apical bud), atau kunucup terminal, dengan dedaunan yang berkembang dan serangkaian nodus dan internodus yang tersusun rapat. Beberapa tumbuhan memiliki batang dengan fungsi-fungsi tambahan seperti penyimpanan makanan dan reproduksi aseksual. Batang-batang yang termodifikasi ini, yang mencakup rizoma, umbi lapis, stolon, dan umbi batang, seringkali disangka akar (Campbell dan Reece, 2008 : 318).
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut yaitu: 1) umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat  aktinomorf. Artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup; 2) terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun; 3) tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop); 4) selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas; 5) mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil; 6) umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhanyang umurnya pendek. Misalnya rumput pada saat batang masih muda. Sebagai bagian tumbuhan tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas sebagai berikut: 1) mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga, dan buah; 2) dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian rupa. Hingga dari segi kepentingan tumbuhan, bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan; 3) sebagai jalan pengangkutan hasil-hasil air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah; 4) menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan. Berbagai tumbuhan ada diantaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut; yaitu tumbuhan yang tidak berbatang (planta accaulis), tumbuhan-tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek, sehingga semua daunnya seakan –akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan roset (rosula), misalnya seperti lobak (Raphanus sativus), sawi (Brassica juncea) tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga; dan tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut: 1) batang basah (herbaceus) yaitu batang lunak dan berair,  misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus), krotok (Portulaca oleracea); 2) batang berkayu (lingnosus) yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada umumnya, contohnya pohon: pohon mangga (Mangifera indica), semak: sidaguri  (Sida rhombifolia); 3) batang rumput (calmus) yaitu batang yang tidak keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga misalnya pada padi (Oryza sativa) dan rumput (Graminea) pada umumnya; batang mendong (calamus) yaitu seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang misalnya pada mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.),  wlingi (Scirpus grassus L.) dan tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae), lainnya (Tjitrosoepomo, 2011: 76-78).
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun demikian, beberapa tumbuhhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil (Monocotyledoneae) biasanya mempunyai batang yang besarnya dianggap tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuhan-tumbuhan yang tergolong kelas dikotil (Dicotyledoneae), bentuk batang pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai suatu kerucut sesuai dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya. Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Bentuk batang tumbuhan dapat dibedakan menjadi bentuk bulat, bersegi, dan pipih. Batang bulat (teres) yaitu jika penampang melintangnya menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditentukan pada kebanyakan tumbuhan, contohnya batang bulat dapat dilihat pada bambu (Bambusa sp.). Pada batang bersegi (angularis) yaitu penampang melintang batang menunjukkan batang segitiga (triangularis) dan segi empat (quadran gularis). Batang segitiga dapat ditemukan pada jenis-jenis teki (Cyperus sp.). Tumbuhan batang segi empat dapat ditemukan pada tumbuhan markisa (Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis sp.), dan sebagainya. Pada batang pipih, penampang melintang batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau setengah lingkaran. Batang pipih biasanya selalu melebar menyerupai daun, sehingga mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan filokladia (Phyllocladium) dan kladodia (cladodium). Batang bersifat filokladia jika bentuk batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada). Sedangkan batang bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-jenis kaktus (Opuntia microdasys) (Rosanti, 2013: 60-61).  
Bambu banyak digunakan oleh masyarakat secara luas karena memiliki struktur batang yang kuat, lentur, lurus dan ringan sehingga mudah diolah untuk berbagai produk seperti alat musik, kerajinan tangan dan rebung (batang bambu muda) dapat dikonsumsi sehari-hari. Bambu juga merupakan tumbuhan yang memiliki sifat dan pemanfaatan yang sangat cocok untuk berbagai keperluan.  Bambu merupakan tumbuhan yang sulit dibedakan antar jenisnya karena kemiripan ciri-ciri morfologi. Cara lain untuk mengidentifikasi bambu. Ciri morfologi lain, seperti rebung, batang, daun, sistem percabangan dan ciri anatomi yang dapat memperjelas perbedaan masing-masing jenis bambu melalui ikatan pembuluh dan dimensi serat (Rahmi et al, 2015: 2013).
Perbedaan karakter morfologi antartanaman juga dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Tanaman membutuhkan keadaan lingkungan tertentu agar dapat mengekspresikan genetiknya secara optimal. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan tingkat kesuburan tanah memberi pengaruh terhadap penampilan fenotipe (bentuk daun dan ukuran batang). Karakter morfologi menunjukkan bahwa beberapa ciri yang sama dimiliki oleh ketiga aksesi markisa seperti jenis habit liana, habitat terestrial, akar tunggang, jenis batang herbaceous, bentuk batang bersegi empat (quadragularis), permukaan batang licin (laevis), serta arah tumbuh yang umumnya memanjat (scandens) dengan menggunakan cabang pembelit (sulut dahan).  Passiflora merupakan tanaman pemanjat yang panjangnya dapat mencapai 9 m jika kondisi iklim menguntungkan (Hutabarat et al, 2016: 191).
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan pohon yang hanya memiliki satu meristem, monopodial (indeterminate), lateral inflourescence. Monopodial atau indeterminate merupakan percabangan dengan cabang pokok tampak, karena lebih besar, lebih panjang dan lebih cepat pertumbuhannya dari pada cabang-cabangnya. Pohon tidak bercabang dengan tinggi batang sampai lebih dari 30 m dan diameter 40 cm. Batang lurus berwarna abu-abu sampai kecoklatan, tajuk terurai, tangkai dan rakis berwarna hijau dan ada yang berwarna kuning. Pembungaan terletak pada bagian aksial. Contoh dari model Corner. Sawo kecik (Manilkara kauki Dub.) merupakan pohon dengan batang pokok membentuk percabangan simpodial. Batang bawah monopodial tumbuh ritmik dengan cabang-cabang simpodial plagiotropik yang tersusun dari unit-unit simpodial tak terbatas (indeterminate). Pohon, tinggi 15-20 m. Daun berkelopak pada ujung ranting, bulat telur terbalik, panjang 5-12 cm, serupa kulit, sisi atas hijau tua, sisi bawah kelabu atau kelabu cokelat. Contoh tumbuhan dengan model Aubreville.  Arsitektur pohon merupakan abstraksi dari genetik oleh suatu tumbuhan sejak mengawali pertumbuhannya, arsitektur pohon berbeda pengertian dengan pola pertumbuhan, habitus dan bentuk-bentuk tajuk. Arsitektur adalah bentuk dari produk akhir dari suatu pola perilaku pertumbuhan meristem apical, ukuran atau habitus bukan merupakan faktor pembeda karena pohon dengan herba dapat saja memiliki hasil akhir pola perilaku pertumbuhan yang sama. Deskripsi tumbuhan model arsitektur sebagai berikut: 1) Model Holttum ciri-cirinya adalah palem yang kokoh kuat, tinggi 10-30 m, axis batang tidak bercabang dan monopodial, pada saat masih muda mempunyai duduk daun (filotaksis) spiralis, influorescensia apical. Masa hidup terbatas oleh tumbuhnya bunga monopodial, berarti batang hanya satu tidak bercabang, setelah berbunga kemudian berbuah lambat laun mati; 2) Model Corner merupakan model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang monopodial dengan perbungaan lateral dan tidak bercabang, karena posisi perbungaannya yang lateral maka meristem apical dapat tumbuh terus; 3) Model arsitektur pohon Scarrone merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial atau pohon dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan aksis vegetatif yang tidak ekuivalendengan bentuk homogen, semuanya orthotropik, percabangan monopodial dengan perbungaan terminal, terletak pada bagian peri-peri tajuk, cabang simpodial nampak seperti konstruksi modular, batang dengan pertumbuhan tinggi ritmik. Beberapa jenis pohon yang termasuk ke dalam model ini diantaranya Mangga (Mangifera indica), Pandan (Pandanus
pulcher), Jambu mete (Anacardium occidentale), Kedondong (Spondias pinnata),
Johar (Cassia siamea), Langar (Peltophorum pterocarpum), Waru (Hibiscus tiliaceus) dan masih banyak lagi; 4) Model Koriba merupakan model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang simpodium. Kuncup terminal terhenti karena jaringan meristem apeks berdiferensiasi menjadi parenkim. Kuncup aksilar yang berkembang dekat di bawahnya, membentuk koulomner yang semula identik namun terjadi perbedaan. Satu menjadi koulomner batang dan yang lain menjadi koulomner cabang; 5) Model Troll merupakan model arsitektur pohon dengan ciri batang simpodial. Semua sumbu berarah plagiotrop sejak dini. Pohon berbunga setelah dewasa, daun cenderung berhadapan. Sumbu pertama bersifat ortrotop, sumbu berikutnya mulai berdiferensiasi ke arah horisontal secara bertahap dan pohon berbunga setelah dewasa. Pembentukan batang yang tegak terjadi setelah daun gugur; 6) Model Mc Clure merupakan model percabangan pohon yang memiliki aksis terdiferensiasi menjadi dua macam, yaitu aksis batang pada bagian basal dan bagian luar, percabangan berdaun yang tersusun plagiotropic; 7) Model Leeuwenbwerg merupakan model percabangan pohon yang tersusun dari percabangan simpodial dimana masing-masing unit simpodial mendukung lebih dari satu unit yang sama pada ujung distal; 8) Model Aubreville merupakan model percabangan dengan batang monopodial dengan pertumbuhan ritmik. Bentuk kanopi piramida. Percabangan tumbuh secara ritmik, masing-masing cabang tumbuh plagiotopic dan letak perbungaan lateral; 9) Model Rauh merupakan model percabangan yang tersusun dari batang monopodial yang tumbuh ritmik, cabang monopodial dan orthotropic. Kanopi berbentuk vase, yang merupakan bentuk kanopi dengan bagian bawah kanopi sempit dan semakin keatas semakin melebar. Letak pembungaan lateral. Model rauh merupakan model arsitektur pohon yang memiliki ciri-ciri batang monopodium ortrotp. Pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan, cabang juga bersifat ortotrop sumbu dapat tumbuh tidak terbatas; 10) Model Prevost merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial, dengan aksis vegetatif tidak ekuivalen, homogen (terdiferensiasi dalam bentuk aksis orthotropik), percabangan seluruhnya akrotonik dalam membentuk batang, konstruksi modular dengan cabang flagiotropik yang sedikit; 11)  Model Massart yaitu model pohon dengan ciri-ciri batang batang bercabang, poliaksial, dengan aksis vegetatif tidak ekuivalen, homogen (terdiferensiasi dalam bentuk aksis ortotropic), percabangan seluruhnya acrotonic dalam membentuk batang, bukan konstruksi modular dengan perbungaan lateral, pola percabangan umum monopodium, pertumbuhan batang dan cabang ritmik dan percabangan flagiotropik bukan karena aposisi, monopodial atau simpodial karena substitusi (Ekowati et al, 2017: 29-33).
 Pohon merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang sering digunakan dalam pengembangan suatu tapak. Bentuk pohon merupakan elemen desain yang paling memegang peranan dan harus dipertimbangkan dalam membuat perancangan lanskap. Pohon dengan berbagai bentuk tajuknya berperan dalam membentuk karakter lanskap sebagai fungsi arsitektural. Percabangan pohon yang bervariasi dengan karakter yang unik juga dapat dimanfaatkan sebagai focal point di dalam tapak dan dapat menunjang karakter lanskap tertentu. Selain bentuk tajuk dan percabangan, keindahan suatu pohon juga dibentuk oleh daun, bunga dan buah. Ukuran, warna, dan bentuk daun menentukan fungsi suatu pohon di dalam lanskap. Arsitektur pohon sampel dianalisis secara deskriptif meliputi bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga serta buah. Tajuk rounded merupakan bentukan tajuk yang paling umum untuk pohon dan paling sering digunakan dalam penataan lanskap. Pohon sengon, pohon ini memiliki tajuk rounded, percabangan vertical, dan berdaun kecil. Karakteristiknya berkayu lunak. Beringin (Ficus sp.), Angsana (Pterocarpus indicus), Manggis (Garcinia mangostana), Rambutan (Nephelium lappaceum),  dan Lamtoro (Leucaena) memiliki tajuk berbentuk rounded. Flamboyan (Delonix regia) memiliki tajuk berbentuk Picturesque. Kersen (Muntingia calabura) memiliki tajuk berbentuk spreading. Kenari (Canarium comunee) memiliki tajuk berbentuk columnar. Sedangkan kapuk (Ceiba pentandra), pinus (Pinus merkusii), dan akasia (Acacia mangium) memiliki bentuk tajuk fastigiate ( Azis et al, 2016: 1-9).
Ubi-ubian adalah jenis-jenis tanaman yang mempunyai umbi, akar rimpang ataupun umbi lapis. Umbi merupakan suatu perubahan bentuk dari bagian tanaman yang berupa batang atau akar yang menjadi suatu bentuk yang membengkak, bangun bulat, seperti kerucut atau tidak beraturan yang merupakan tempat penimbunan makanan. Umbi dapat dibedakan menjadi: 1) Umbi batang merupakan perubahan bentuk dari batang. 2) Umbi akar merupakan penjelmaan atau modifikasi dari akar dan selalu merupakan umbi yang telanjang karena akar tidak mempunyai daun. 3) Umbi lapis merupakan perubahan bentuk atau modifikasi dari batang beserta daunnya. Umbi ini disebut umbi lapis karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis yaitu terdiri dari daun atau pelepah daun yang telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan zat cadangan makanan, sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah dari umbi lapis. 4) Akar rimpang atau akar tongkat sebetulnya merupakan batang beserta daunnya yang terdapat dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar dan dari ujungnya
muncul di permukaan tanah dan dapat menjadi tumbuhan baru atau anakan baru (Hasanah et al, 2014 :63).
IV.   METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1     Alat dan Bahan
4.1.1 Kegiatan 1
a.    Alat    : -
b.   Bahan :
1)        Batang tumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus) dan jagung (Zea  mays).
2)  Batang tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus) atau mawar (Rosa sp.), beluntas (Pluchea indica), iler (Coleus sp.) markisah (Passiflora quadrangularis L.) atau ubi (Dioscorea alata), batang kaktus (Opuntia), batang pepaya (Carica papaya) dan sirih (Piper betle).
4.1.2 Kegiatan 2
a.    Alat    : -
b.   Bahan :
·      Umbi kentang (Solanum tuberosum) bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), rimpang laos (Alpina galanga), kormus bunga gladiol (Gladiolus sp.) atau bunga dahlia (Dahlia pinnata).

4.1.3   Kegiatan 3
a.    Alat    : -
b. Bahan :
1)        Pohon semboja/kamboja (Plumeria acuminata)
2)        Pohon jarak (Ricinus communis)
3)        Bambu (Bambusa sp.)
4)        Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra)
5)        Pohon ceres/kersen (Muntingia calabura)
6)        Pohon manecu/genitu (Chrysophyllum cainita)
7)        Aren (Arenga pinata)
8)        Palem (Chysalidocarpus lutescens)
9)        Pohon lamtoro (Leucaena leucocephala)
10)    Pohon ketepeng (Tuminalia catapa)
4.2     Cara Kerja
4.2.1 Kegiatan 4
Mengamati batang tumbuhan yang telah dibawa.
 
Mengambar dan memberi keterangan bagian-bagiannya
Serta menuliskan jenis batang, bentuk penampang melintang, struktur permukaan, arah tumbuh batang dan alat tambahan jika ada.
 
4.2.2  Kegiatan 5
Mengamati bahan yang telah dibawa
Mengambar dan memberi keterangan bagian-bagianya dan mencatat pada  buku LKM.
 
4.2.3  Kegiatan 6
Melakukan pengamatan terhadap 10 macam pohon di kampus yang mempunyai bentuk tajuk yang berbeda-beda secara kelopmpok.
Masing-masing mengamati bentuk tajuknya, jenis percabangannya, prediksi besar sudut percabangan dan tentukan jenis percabangan berdasarkan besarnya sudut yang dibentuk terhadap batang dan keadaan batangnya.
Mengambil gambar/foto tiap-tiap tumbuhan yang diamati.
Melaporkan dan mempresentasikan di dalam kelas.
 
V.      HASIL PENGAMATAN
5.1     Kegiatan 4
(Bisa dilihat pada LKM halaman 14-17).
5.2     Kegiatan 5
(Bisa dilihat pada LKM halaman 19-20).
5.3     Kegiatan 6
(Bisa dilihat pada LKM halaman 22).
VI.   PEMBAHASAN
Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan akar dan daun. Kedududukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan rangka pada manusia dan hewan. Dengan kata lain,  batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan.  Adapun ciri-ciri dari akar tumbuhan yaitu:
1.    Umumnya batang mempunyai bentuk panjang, bulat seperti silinder;
2.    Memiliki buku-buku (nodus), tempat duduk daun. Jarak antar buku disebut ruas (internodus);
3.    Batang biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya (fototrofi positif) atau matahari (heliotrof positif);
4.    Pada umumnya batang tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda;
5.    Batang selalu bertambah panjang  di ujungnya ;
6.    Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
Sedangkan fungsi batang pada tumbuhan yaitu untuk mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, seperti daun, bunga, dan buah; dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian rupa. Hingga dari segi kepentingan tumbuhan, bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan;  sebagai jalan pengangkutan hasil-hasil air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah; dan dapat menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun demikian, beberapa tumbuhhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil (Monocotyledoneae) biasanya mempunyai batang yang besarnya dianggap tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuhan-tumbuhan yang tergolong kelas dikotil (Dicotyledoneae), bentuk batang pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai suatu kerucut sesuai dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya. Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Bentuk batang tumbuhan dapat dibedakan menjadi bentuk bulat, bersegi, dan pipih.
1.    Batang bulat (teres) yaitu jika penampang melintangnya menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditentukan pada kebanyakan tumbuhan, contohnya batang bulat dapat dilihat pada bambu (Bambusa sp.). Pada batang bersegi (angularis) yaitu penampang melintang batang menunjukkan batang segitiga (triangularis) dan segi empat (quadran gularis).
2.    Batang segitiga dapat ditemukan pada jenis-jenis teki (Cyperus sp.). Tumbuhan batang segi empat dapat ditemukan pada tumbuhan markisa (Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis sp.), dan sebagainya.
3.    Batang pipih, penampang melintang batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau setengah lingkaran. Batang pipih biasanya selalu melebar menyerupai daun, sehingga mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan filokladia (Phyllocladium) dan kladodia (cladodium). Batang bersifat filokladia jika bentuk batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada). Sedangkan batang bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-jenis kaktus (Opuntia microdasys).
Walaupun batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, menjauhi tanah dan air, tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa variasi. Sehingga arah tumbuh batang dapat dibedakan menjadi:
a.    Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas. Batang tegak lurus biasanya tidak bercabang, misalnya pepaya (Carica papaya), kelapa (Cocus nucifera) dan beberapa jenis cemara;
b.    Menggantung (dependus, pendulus), batang seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuhan-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuhan-tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu;
c.    Berbaring (humifusus), batang ini terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas misalnya pada semangaka (Citrillus vulgaris). Kadang-kadang  batang berbaring diberi penunjang dari kayu, kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke atas;
d.   Menjalar atau merayap (repens), batang menjalar hampir sma dengan batang berbaring, yang membedakan terletak pada buku-bukunnya yang mengeluarkan akar. Sehingga dapat tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat ditemukan pada kangkung (Ipomoea crassicaulis), ubi jalar (Ipomoea batatas) dan sebagainya;
e.    Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas. Misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea);
f.     Mengangguk (nutans), batang ini tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah seperti mengangguk. Contohnya batang mengangguk dapat dilihat pada bunga matahari (Helianthus annus);
g.    Memanjat (scandes), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada watu naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus untuk “berpegangan” pada penunjangnya ini, misalnya dengan akar pelekat. Contohnya pada sirih (Piper betle) dan arisema (Arisaema sp.). Selain dengan akar pelekat, batang memenjat juga melalui akar pembelit seperti pada panili (Vanilla planifolia). Selain dengan akar pelekat dan akar pembelit, tumbuhan ini dapat juga memenjat denagn cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera), markisa (Passiflora quadrangularis) dan sebagainya.
h.    Membelit (volubilis), berbeda dengan batang memanjat yang menggunakan alat bantu untuk naik ke atas, batang membelit tidak menggunakan alat bantu, tetapi batang tumbuhan itulah yang membelit. Dengan kata lain batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya. Arah melilit terbagi menjadi dua, yaitu ke kiri dan ke kanan. Membelit ke kiri (sinistrorsum volubilis), jika dilihat dari atas arah belitan berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dengan kata lain jika kita mengikuti jalannya batang yang membelit itu, penunjang akan selalu disebela kiri yang melihat. Contohnya pada kembang sungsang (Gloriosa superba). Sedangkan batang membelit ke kanan (dextrorsum volubilis) jika arah belitan sama dengan arah gerakan jarum jam, sehingga penunjang akan selalu di sebelah kanan yang melihat. Batang tumbuhan yang membelit ke kanan tidak banyak ditemukan. Contohnya pada gadung (Dioscorea hispida).
Pertumbuhan batang dapat dilihat dari percabangannya. Kebanyakan tumbuhan melakukan percabangan, walaupun sedikit. Batang yang tidak melakukan percabangan kebanyakan dari golongan tumbuhan Monocotyledoneae, misalnya jagung (Zea mays), bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinaru      m), kelapa (Cocus nucifera), dan sebagainya.
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan menjadi tiga macam cara percabanagan, yaitu secara monopodial, simpodial, dan menggarpu atau dikotom. Cara menentukan percabangan pada batang adalah dengan melihat posisi batang pokok terhadap cabang-cabangnya.
1.    Percabangan monopodial, yaitu jika batang poko selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya. Contohnya pada pohon cemara (Casuariana equisetifolia), kapuk (Ceiba pentandra), durian (Durio zibethinus), pinus (Pinus merkusii) dan sebagainya.
2.    Percabangan simpodial yaitu batang pokok sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Contohnya pada sawo manila (Archras zapota), bugenvil (Bougenvillea spectabilis), jeruk (Citrus sp.) dan sebagainya.
3.    Percabangan menggarpu atau dikotom yaitu cara percabanagan, yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya. Contohnya paku adam (Gleichenia linearis).
Sebagai salah satu fungsi tambahan batang yaitu sebagai penimbun zat-zat makanan cadangan, dari ada nya fungsi tambahan tersebut batang mengalami modifikasi seperti batang termodifikasi menjadi rimpang, umbi batang, dan juga umbi lapis. Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah modifikasi dari batang beserta daunnya yang terdapat dalam tanah,bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang di samping merupakan alat perkembangbiakan juga merupakan tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan misalnya pada rimpang laos (Alpinia galanga). Penjelmaan batang dan bukan akar dapat dilihat dari tanda-tanda berikut: 1) beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian; 2) berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik; 3) mempunyai kuncup-kuncup; 4) tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, melainkan kadang-kadang lalu ke atas, muncul di atas tanah. Pada umbi (tuber) biasanya merupakan suatu badan yang membengkak, bangun bulat, seperti kerucut atau tidak beraturan, merupakan tempat penimbunan makanan pula seperti rimpang dan dapat merupakan penjelmaan batang, dan dapat pula merupakan penjelmaan akar. Umbi batang (tuber caulogenum) ini merupakan penjelmaan batang. Umbi batang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu seringkali permukaannya tampak licin, buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya sisa daun seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus), seperti yang terdapat pada kentang (Solanum tuberosum L.) dan ketela rambat (Ipomoea batatas). Bahwasanya umbi batang adalah penjelmaan batang yang masih terlihat dari adanya kuncup-kuncup (mata tunas) pada umbi ini, yang jika waktunya telah tiba dapat bertunas dan menghasilkan tumbuhan baru. Sedangkan pada umbi lapis (bulbus), umbi lapis ini jika ditinjau asalnya adalah penjelmaan batang beserta daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan zat-zat makanan cadangan, sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu. Pada umbi lapis dapat dibedakan dengan melihat bagian-bagain berikut ini: 1) subang atau cakram (discus), bagian inilah yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram, pada cakram tersebut itu pula terdapat kuncup-kuncup; 2) sisik-sisik (tunica atau squama), yaitu bagian yang merupakan penjelmaan daun-daunnya, yang menjadi tebal, lunak, dan berdaging, yang  merupakan sebagai tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan; 3) kuncup pokok (gemma bulbi), yang sesungguhnya adalah kuncup ujung, terdapat pada bagian atas cakram yang tumbuh ke atas mendukung daun-daun biasa, serta bunga; 4) kuncup samping, biasanya tumbuh merupakan umbi lapis kecil-kecil, berkelompok di sekitar umbii induknya. Bagian ini dinamakan siung (bulbus) atau anak umbi lapis, seperti misalnya pada bawang merah (Allium cepa); 5) akar-akar serabut terdapat pada bagian bawah cakram. Umbi lapis menurut sifat sisik-sisiknya dapat dibedakan dua macam yaitu:1) yang berlapis  (bulbus squamosus), jika daunnya merupakan bagian yang lebar, dan yang lebih luar menyelubungi bagian yang lebih dalam, hingga jika umbi diiris membujur akan tampak jelas susunannya yang berlapis-lapis, misalnya pada bawang merah (Allium cepa); 2) yang bersisik (bulbus squamosus), jika metamorfosis daun-daunnya tidak merupakan bagian yang lebar yang dapat merupakan selubung seluruh umbi, melainkan tersusun seperti gentinng, misalnya pada  lilia (Lilium candidum) dan bawang putih (Allium sativum).
 
VII.     PENUTUP
7.1    Kesimpulan
1.    Mempelajari struktur umum batang dan fungsinya pada tumbuhan dikotil dan monokotil
Jadi, dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada praktikum kegiatan 4 bahwa struktur umum batang dapat dilihat dari jenis batang (batang mendong, batang berkayu, dan batang basah ) bentuk (segi tiga, segi empat, bulat, dan pipih), permukaan (licin, berduri, memperlihatkan bekas lentisel yang berfungsi untuk alat pernapasan bagi tumbuhan, berusuk, bersayap, beralur, dan memeperlihatkan bekas daun), arah tumbuh batang (tegak lurus, memanjat, dan menjalar), dan adanya alat tambahan (duri semu, lentisel, sulur, akar pelekat, dan terdapat akar disetiap buku pada batang ubi).
2.    Mempelajari berbagai struktur batang yang telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus
Jadi, dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada praktikum kegiatan 5 bahwa beberapa tumbuhan mengalami modifikasi batang karena mempunyai fungsi tambahan seperti kentang modifikasi dari umbi batang (karena tidak mempunyai sisa-sisa daun atau penjelmaannya) dan oleh karena itu biasa disebut umbi telanjang, rimpang laos modifikasi dari rimpang yang merupakan modifikasi dari batang dan daun didalam tanah, bawang merah merupakan modifikasi dari umbi lapis (penjelmaan dari batang beserta daunya), dan bawang putih merupakan modifikasi dari umbi lapis bersisik (penjelmaan dari batang beserta daunya).
3.    Mempelajari perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur pohon
Jadi, dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada praktikum kegiatan 6, pada kegiatan ini saya bersama dengan anggota kelompok saya mengamati perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur pohon di daerah sekitar kampus (tepatnya di sekitar lingkunga gedung CDAST Unej). Dari hasil observasi yang telah dilakukan dapat kami identifikasi bahwa pada sepuluh pohon yang telah kami amati (semboja/kamboja, jarak, bambu, kayu putih, ceres/kersen, manecu/genitu, aren, palem, lamtoro, dan ketepeng) bentuk tajuk dari ke-10 pohon tersebut bermacam-macam dan didominasi dengan bentuk tajuk spreading (menyebar) dan yang lainnya berbentuk tajuk picturesoue, rounded, columnar, payung, bintang dan pagoda, untuk jenis percabangan ada simpodial, monopodial, dan tidak bercabang, untuk besar sudut kebanyakan memiliki sudut 450, 900 dan ada yang tidak memiliki besar sudut percabangan (aren dan palem), untuk arah tumbuh cabang kebanyakan arah tumbuh cabang condong keatas dan sisa nya ada yang mendatar dan ada juga yang tidak bercabang (aren dan palem), serta dari ke-10 pohon tersebut memiliki karakteristik batang seperti berkayu, kasar, licin, berbentuk bulat, berambut, memperlihatkan bekas lentisel, dan memeperlihatkan bekas daun.
7.2    Saran
Untuk para praktikan agar dapat lebih teliti dan bersikap tenang    pada saat melakukan praktikum serta harus lebih menguasai dan memahami teori sebelum praktikum dimulai. Serta pada saat melakukan observasi atau mengamati perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur pohon yang dilakukan secara berkelompok, agar dapat menganalisa atau mengidentifikasi dengan lebih baik lagi agar hasil yang didapat bisa akurat. Jika nantinya melakukan pengamatan tumbuhan secara berkelompok lagi agar lebih teliti dan sesuai dengan sumber buku atau sember bacaan lainnya yang akurat untuk sebagi acuan dalam mengambil hasil keputusan atau kesimpulan, dan dari masalah yang ada pada saat mengidentifikasi tumbuhan-tumbuhan tersebut bisa menjadi pelajaran untuk kedepannya agar lebih baik lagi.

0 komentar:

Posting Komentar