LAPORAN
PRAKTIKUM
MORFOLOGI
TUMBUHAN
“STRUKTUR
MORFOLOGI BATANG”
Oleh
Nama : Ayu Fardany Pramesty
NIM : 160210103075
Program
Studi : Pendidikan Biologi
Kelompok
: 4
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2017
I.
JUDUL
Struktur Morfologi Batang
II. TUJUAN
1.
Tujuan Kegiatan 1
Mempelajari struktur umum batang dan
fungsinya pada tumbuhan dikotil dan monokotil.
2. Tujuan
Kegiatan 2
Mempelajari berbagai struktur batang yang telah mengalami modifikasi
karena mempunyai fungsi khusus.
3.
Tujuan Kegiatan 3
Mempelajari perkembangan batang,
pola percabangan dan arsitektur pohon.
III. TINJAUAN
PUSTAKA
Batang (Caulis)
adalah organ yang terdiri dari sistem nodus (node) yang berselang-seling, titik
tempat daun melekat, dan internodus (internode), segmen batang di antara
nodus-nodus. Pada sudut teratas (aksil) yang terbentuk oleh setiap daun dan
batang terdapat kuncup aksilaris (axillary
bud), struktur yang dapat membentuk tunas lateral, biasa disebut cabang.
Sebagian besar kuncup aksilaris suatu tunas muda bersifat dorman (tidak
tumbuh). Dengan demikian, pemanjangan tunas muda biasanya terkoonsentrasi di
dekat ujung tunas, yang terdiri dari kuncup apikal (apical bud), atau kunucup terminal, dengan dedaunan yang berkembang
dan serangkaian nodus dan internodus yang tersusun rapat. Beberapa tumbuhan
memiliki batang dengan fungsi-fungsi tambahan seperti penyimpanan makanan dan
reproduksi aseksual. Batang-batang yang termodifikasi ini, yang mencakup
rizoma, umbi lapis, stolon, dan umbi batang, seringkali disangka akar (Campbell dan Reece, 2008 : 318).
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut
yaitu: 1) umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf. Artinya dapat dengan sejumlah
bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup; 2) terdiri atas ruas-ruas yang
masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun;
3) tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop
atau heliotrop); 4) selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering
dikatakan, bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas; 5) mengadakan
percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali
kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil; 6) umumnya tidak berwarna hijau,
kecuali tumbuhanyang umurnya pendek. Misalnya rumput pada saat batang masih
muda. Sebagai bagian tumbuhan tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas sebagai
berikut: 1) mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu
daun, bunga, dan buah; 2) dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan
menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian rupa. Hingga dari
segi kepentingan tumbuhan, bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling
menguntungkan; 3) sebagai jalan pengangkutan hasil-hasil air dan zat-zat
makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas
ke bawah; 4) menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan. Berbagai
tumbuhan ada diantaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang
tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu dapat dibedakan menjadi dua sebagai
berikut; yaitu tumbuhan yang tidak berbatang (planta accaulis), tumbuhan-tumbuhan yang benar tidak berbatang
sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan
karena batang amat pendek, sehingga semua daunnya seakan –akan keluar dari
bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan roset (rosula), misalnya seperti lobak (Raphanus sativus), sawi (Brassica juncea) tumbuhan semacam ini
akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga; dan tumbuhan yang
jelas berbatang, batang tumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut: 1) batang
basah (herbaceus) yaitu batang lunak
dan berair, misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus), krotok (Portulaca oleracea); 2) batang berkayu
(lingnosus) yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar
terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices)
pada umumnya, contohnya pohon: pohon mangga (Mangifera indica), semak: sidaguri
(Sida rhombifolia); 3) batang
rumput (calmus) yaitu batang yang
tidak keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga misalnya
pada padi (Oryza sativa) dan rumput (Graminea) pada umumnya; batang mendong
(calamus) yaitu seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih
panjang misalnya pada mendong (Fimbristylis
globulosa Kunth.), wlingi (Scirpus grassus L.) dan tumbuhan
sebangsa teki (Cyperaceae), lainnya (Tjitrosoepomo,
2011: 76-78).
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun demikian,
beberapa tumbuhhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang menjadi
kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan. Pada umumnya
tumbuhan-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil (Monocotyledoneae) biasanya mempunyai batang yang besarnya dianggap
tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuhan-tumbuhan
yang tergolong kelas dikotil (Dicotyledoneae),
bentuk batang pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai
suatu kerucut sesuai dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya. Bentuk
batang sendiri biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Bentuk batang
tumbuhan dapat dibedakan menjadi bentuk bulat, bersegi, dan pipih. Batang bulat
(teres) yaitu jika penampang
melintangnya menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditentukan pada
kebanyakan tumbuhan, contohnya batang bulat dapat dilihat pada bambu (Bambusa sp.). Pada batang bersegi (angularis) yaitu penampang melintang
batang menunjukkan batang segitiga (triangularis)
dan segi empat (quadran gularis).
Batang segitiga dapat ditemukan pada jenis-jenis teki (Cyperus sp.). Tumbuhan batang segi empat dapat ditemukan pada
tumbuhan markisa (Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis sp.), dan sebagainya. Pada batang
pipih, penampang melintang batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau
setengah lingkaran. Batang pipih biasanya selalu melebar menyerupai daun,
sehingga mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian
dinamakan filokladia (Phyllocladium)
dan kladodia (cladodium). Batang
bersifat filokladia jika bentuk batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan
yang terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia
platyclada). Sedangkan batang bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh
terus dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-jenis kaktus (Opuntia microdasys) (Rosanti, 2013:
60-61).
Bambu banyak digunakan oleh masyarakat secara luas
karena memiliki struktur batang yang kuat, lentur, lurus dan ringan sehingga
mudah diolah untuk berbagai produk seperti alat musik, kerajinan tangan dan
rebung (batang bambu muda) dapat dikonsumsi sehari-hari. Bambu juga merupakan
tumbuhan yang memiliki sifat dan pemanfaatan yang sangat cocok untuk berbagai
keperluan. Bambu merupakan tumbuhan yang
sulit dibedakan antar jenisnya karena kemiripan ciri-ciri morfologi. Cara lain
untuk mengidentifikasi bambu. Ciri morfologi lain, seperti rebung, batang,
daun, sistem percabangan dan ciri anatomi yang dapat memperjelas perbedaan
masing-masing jenis bambu melalui ikatan pembuluh dan dimensi serat (Rahmi et al, 2015: 2013).
Perbedaan karakter morfologi antartanaman juga
dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Tanaman membutuhkan keadaan lingkungan
tertentu agar dapat mengekspresikan genetiknya secara optimal. Faktor
lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan tingkat kesuburan tanah memberi
pengaruh terhadap penampilan fenotipe (bentuk daun dan ukuran batang). Karakter
morfologi menunjukkan bahwa beberapa ciri yang sama dimiliki oleh ketiga aksesi
markisa seperti jenis habit liana, habitat terestrial, akar tunggang, jenis
batang herbaceous, bentuk batang bersegi empat (quadragularis),
permukaan batang licin (laevis), serta arah tumbuh yang umumnya memanjat
(scandens) dengan menggunakan cabang pembelit (sulut dahan). Passiflora merupakan tanaman pemanjat
yang panjangnya dapat mencapai 9 m jika kondisi iklim menguntungkan (Hutabarat et al, 2016: 191).
Kelapa (Cocos
nucifera L.)
merupakan pohon yang hanya memiliki satu meristem, monopodial (indeterminate),
lateral inflourescence. Monopodial atau indeterminate merupakan percabangan
dengan cabang pokok tampak, karena lebih besar, lebih panjang dan lebih cepat
pertumbuhannya dari pada cabang-cabangnya. Pohon tidak bercabang dengan tinggi
batang sampai lebih dari 30 m dan diameter 40 cm. Batang lurus berwarna abu-abu
sampai kecoklatan, tajuk terurai, tangkai dan rakis berwarna hijau dan ada yang
berwarna kuning. Pembungaan terletak pada bagian aksial. Contoh dari model
Corner. Sawo kecik (Manilkara kauki Dub.) merupakan pohon dengan batang
pokok membentuk percabangan simpodial. Batang bawah monopodial tumbuh ritmik
dengan cabang-cabang simpodial plagiotropik yang tersusun dari unit-unit
simpodial tak terbatas (indeterminate). Pohon, tinggi 15-20 m. Daun berkelopak
pada ujung ranting, bulat telur terbalik, panjang 5-12 cm, serupa kulit, sisi
atas hijau tua, sisi bawah kelabu atau kelabu cokelat. Contoh tumbuhan dengan model
Aubreville. Arsitektur pohon merupakan
abstraksi dari genetik oleh suatu tumbuhan sejak mengawali pertumbuhannya,
arsitektur pohon berbeda pengertian dengan pola pertumbuhan, habitus dan
bentuk-bentuk tajuk. Arsitektur adalah bentuk dari produk akhir dari suatu pola
perilaku pertumbuhan meristem apical, ukuran atau habitus bukan merupakan
faktor pembeda karena pohon dengan herba dapat saja memiliki hasil akhir pola
perilaku pertumbuhan yang sama. Deskripsi tumbuhan model arsitektur sebagai
berikut: 1) Model Holttum ciri-cirinya adalah palem yang kokoh kuat, tinggi
10-30 m, axis batang tidak bercabang dan monopodial, pada saat masih muda
mempunyai duduk daun (filotaksis) spiralis, influorescensia apical. Masa hidup
terbatas oleh tumbuhnya bunga monopodial, berarti batang hanya satu tidak
bercabang, setelah berbunga kemudian berbuah lambat laun mati; 2) Model Corner
merupakan model arsitektur pohon yang memiliki ciri batang monopodial dengan
perbungaan lateral dan tidak bercabang, karena posisi perbungaannya yang
lateral maka meristem apical dapat tumbuh terus; 3) Model arsitektur pohon
Scarrone merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri batang bercabang,
poliaksial atau pohon dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan aksis
vegetatif yang tidak ekuivalendengan bentuk homogen, semuanya orthotropik,
percabangan monopodial dengan perbungaan terminal, terletak pada bagian
peri-peri tajuk, cabang simpodial nampak seperti konstruksi modular, batang
dengan pertumbuhan tinggi ritmik. Beberapa jenis pohon yang termasuk ke dalam
model ini diantaranya Mangga (Mangifera indica), Pandan (Pandanus
pulcher),
Jambu mete (Anacardium occidentale), Kedondong (Spondias pinnata),
Johar
(Cassia siamea), Langar (Peltophorum pterocarpum), Waru (Hibiscus
tiliaceus) dan masih banyak lagi; 4) Model Koriba merupakan model
arsitektur pohon yang memiliki ciri batang simpodium. Kuncup terminal terhenti
karena jaringan meristem apeks berdiferensiasi menjadi parenkim. Kuncup aksilar
yang berkembang dekat di bawahnya, membentuk koulomner yang semula identik
namun terjadi perbedaan. Satu menjadi koulomner batang dan yang lain menjadi
koulomner cabang; 5) Model Troll merupakan model arsitektur pohon dengan ciri
batang simpodial. Semua sumbu berarah plagiotrop sejak dini. Pohon berbunga
setelah dewasa, daun cenderung berhadapan. Sumbu pertama bersifat ortrotop,
sumbu berikutnya mulai berdiferensiasi ke arah horisontal secara bertahap dan
pohon berbunga setelah dewasa. Pembentukan batang yang tegak terjadi setelah
daun gugur; 6) Model Mc Clure merupakan model percabangan pohon yang memiliki
aksis terdiferensiasi menjadi dua macam, yaitu aksis batang pada bagian basal
dan bagian luar, percabangan berdaun yang tersusun plagiotropic; 7) Model Leeuwenbwerg
merupakan model percabangan pohon yang tersusun dari percabangan simpodial
dimana masing-masing unit simpodial mendukung lebih dari satu unit yang sama
pada ujung distal; 8) Model Aubreville merupakan model percabangan dengan
batang monopodial dengan pertumbuhan ritmik. Bentuk kanopi piramida.
Percabangan tumbuh secara ritmik, masing-masing cabang tumbuh plagiotopic dan
letak perbungaan lateral; 9) Model Rauh merupakan model percabangan yang
tersusun dari batang monopodial yang tumbuh ritmik, cabang monopodial dan
orthotropic. Kanopi berbentuk vase, yang merupakan bentuk kanopi dengan bagian
bawah kanopi sempit dan semakin keatas semakin melebar. Letak pembungaan
lateral. Model rauh merupakan model arsitektur pohon yang memiliki ciri-ciri
batang monopodium ortrotp. Pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang tersusun
dalam karangan, cabang juga bersifat ortotrop sumbu dapat tumbuh tidak
terbatas; 10) Model Prevost merupakan model arsitektur pohon dengan ciri-ciri
batang bercabang, poliaksial, dengan aksis vegetatif tidak ekuivalen, homogen
(terdiferensiasi dalam bentuk aksis orthotropik), percabangan seluruhnya
akrotonik dalam membentuk batang, konstruksi modular dengan cabang flagiotropik
yang sedikit; 11) Model Massart yaitu
model pohon dengan ciri-ciri batang batang bercabang, poliaksial, dengan aksis
vegetatif tidak ekuivalen, homogen (terdiferensiasi dalam bentuk aksis
ortotropic), percabangan seluruhnya acrotonic dalam membentuk batang, bukan
konstruksi modular dengan perbungaan lateral, pola percabangan umum monopodium,
pertumbuhan batang dan cabang ritmik dan percabangan flagiotropik bukan karena
aposisi, monopodial atau simpodial karena substitusi (Ekowati et al, 2017: 29-33).
Pohon merupakan salah satu elemen lunak (softscape)
yang sering digunakan dalam pengembangan suatu tapak. Bentuk pohon merupakan
elemen desain yang paling memegang peranan dan harus dipertimbangkan dalam
membuat perancangan lanskap. Pohon dengan berbagai bentuk tajuknya berperan
dalam membentuk karakter lanskap sebagai fungsi arsitektural. Percabangan pohon
yang bervariasi dengan karakter yang unik juga dapat dimanfaatkan sebagai focal
point di dalam tapak dan dapat menunjang karakter lanskap tertentu. Selain
bentuk tajuk dan percabangan, keindahan suatu pohon juga dibentuk oleh daun,
bunga dan buah. Ukuran, warna, dan bentuk daun menentukan fungsi suatu pohon di
dalam lanskap. Arsitektur pohon sampel dianalisis
secara deskriptif meliputi bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan
keberadaan bunga serta buah. Tajuk rounded merupakan bentukan tajuk yang
paling umum untuk pohon dan paling sering digunakan dalam penataan lanskap.
Pohon sengon, pohon ini memiliki tajuk rounded, percabangan vertical,
dan berdaun kecil. Karakteristiknya berkayu lunak. Beringin (Ficus sp.), Angsana (Pterocarpus indicus), Manggis (Garcinia mangostana), Rambutan
(Nephelium lappaceum), dan Lamtoro (Leucaena) memiliki tajuk berbentuk rounded. Flamboyan (Delonix
regia) memiliki tajuk
berbentuk Picturesque.
Kersen (Muntingia calabura) memiliki tajuk berbentuk spreading.
Kenari (Canarium comunee) memiliki tajuk
berbentuk columnar. Sedangkan kapuk (Ceiba
pentandra), pinus (Pinus merkusii),
dan akasia (Acacia mangium) memiliki
bentuk tajuk fastigiate ( Azis et al,
2016: 1-9).
Ubi-ubian adalah jenis-jenis tanaman yang mempunyai
umbi, akar rimpang ataupun umbi lapis. Umbi merupakan suatu perubahan bentuk
dari bagian tanaman yang berupa batang atau akar yang menjadi suatu bentuk yang
membengkak, bangun bulat, seperti kerucut atau tidak beraturan yang merupakan
tempat penimbunan makanan. Umbi dapat dibedakan menjadi: 1) Umbi batang
merupakan perubahan bentuk dari batang. 2) Umbi akar merupakan penjelmaan atau
modifikasi dari akar dan selalu merupakan umbi yang telanjang karena akar tidak
mempunyai daun. 3) Umbi lapis merupakan perubahan bentuk atau modifikasi dari
batang beserta daunnya. Umbi ini disebut umbi lapis karena memperlihatkan
susunan yang berlapis-lapis yaitu terdiri dari daun atau pelepah daun yang
telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan
zat cadangan makanan, sedangkan batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang
kecil pada bagian bawah dari umbi lapis. 4) Akar rimpang atau akar tongkat
sebetulnya merupakan batang beserta daunnya yang terdapat dalam tanah,
bercabang-cabang dan tumbuh mendatar dan dari ujungnya
muncul
di permukaan tanah dan dapat menjadi tumbuhan baru atau anakan baru (Hasanah et al, 2014 :63).
IV.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
4.1
Alat
dan Bahan
4.1.1 Kegiatan
1
a. Alat
:
-
b. Bahan
:
1)
Batang tumbuhan
rumput teki (Cyperus rotundus) dan
jagung (Zea mays).
2) Batang
tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus)
atau mawar (Rosa sp.), beluntas (Pluchea indica), iler (Coleus sp.) markisah (Passiflora quadrangularis L.) atau ubi (Dioscorea alata), batang kaktus (Opuntia), batang pepaya (Carica papaya) dan sirih (Piper betle).
4.1.2 Kegiatan
2
a. Alat
:
-
b. Bahan :
·
Umbi kentang (Solanum tuberosum) bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), rimpang laos (Alpina galanga), kormus bunga gladiol (Gladiolus sp.) atau bunga dahlia (Dahlia pinnata).
4.1.3 Kegiatan 3
a. Alat
:
-
b.
Bahan :
1)
Pohon
semboja/kamboja (Plumeria acuminata)
2)
Pohon jarak (Ricinus communis)
3)
Bambu (Bambusa sp.)
4)
Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra)
5)
Pohon ceres/kersen (Muntingia calabura)
6)
Pohon manecu/genitu
(Chrysophyllum cainita)
7)
Aren (Arenga pinata)
8)
Palem (Chysalidocarpus lutescens)
9)
Pohon lamtoro (Leucaena leucocephala)
10) Pohon ketepeng (Tuminalia
catapa)
4.2
Cara Kerja
4.2.1 Kegiatan 4
Mengamati
batang tumbuhan yang telah dibawa.
|
Mengambar
dan memberi keterangan bagian-bagiannya
|
Serta
menuliskan jenis batang, bentuk penampang melintang, struktur permukaan,
arah tumbuh batang dan alat tambahan jika ada.
|
4.2.2 Kegiatan 5
Mengamati
bahan yang telah dibawa
|
Mengambar
dan memberi keterangan bagian-bagianya dan mencatat pada buku LKM.
|
4.2.3 Kegiatan 6
Melakukan
pengamatan terhadap 10 macam pohon di kampus yang mempunyai bentuk tajuk
yang berbeda-beda secara kelopmpok.
|
Masing-masing
mengamati bentuk tajuknya, jenis percabangannya, prediksi besar sudut
percabangan dan tentukan jenis percabangan berdasarkan besarnya sudut yang
dibentuk terhadap batang dan keadaan batangnya.
|
Mengambil
gambar/foto tiap-tiap tumbuhan yang diamati.
|
Melaporkan
dan mempresentasikan di dalam kelas.
|
V.
HASIL PENGAMATAN
5.1
Kegiatan 4
(Bisa dilihat
pada LKM halaman 14-17).
5.2
Kegiatan 5
(Bisa dilihat
pada LKM halaman 19-20).
5.3
Kegiatan 6
(Bisa
dilihat pada LKM halaman 22).
VI.
PEMBAHASAN
Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting
dengan akar dan daun. Kedududukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan
rangka pada manusia dan hewan. Dengan kata lain, batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan. Adapun ciri-ciri dari akar tumbuhan yaitu:
1.
Umumnya batang mempunyai bentuk
panjang, bulat seperti silinder;
2.
Memiliki buku-buku (nodus),
tempat duduk daun. Jarak antar buku disebut ruas (internodus);
3.
Batang biasanya tumbuh ke atas
menuju cahaya (fototrofi positif)
atau matahari (heliotrof positif);
4.
Pada umumnya batang tidak
berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu
batang masih muda;
5.
Batang selalu bertambah
panjang di ujungnya ;
6.
Mengadakan percabangan dan selama
hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting
yang kecil.
Sedangkan fungsi batang pada tumbuhan yaitu untuk mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, seperti
daun, bunga, dan buah; dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan
menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian rupa. Hingga dari
segi kepentingan tumbuhan, bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling
menguntungkan; sebagai jalan
pengangkutan hasil-hasil air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah; dan dapat menjadi tempat
penimbunan zat-zat makanan cadangan.
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun demikian,
beberapa tumbuhhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang
menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan. Pada umumnya
tumbuhan-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil (Monocotyledoneae) biasanya mempunyai batang yang besarnya dianggap
tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuhan-tumbuhan
yang tergolong kelas dikotil (Dicotyledoneae),
bentuk batang pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai
suatu kerucut sesuai dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya.
Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Bentuk
batang tumbuhan dapat dibedakan menjadi bentuk bulat, bersegi, dan pipih.
1.
Batang bulat (teres) yaitu jika penampang melintangnya
menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditentukan pada kebanyakan
tumbuhan, contohnya batang bulat dapat dilihat pada bambu (Bambusa sp.). Pada batang bersegi (angularis) yaitu penampang melintang batang menunjukkan batang
segitiga (triangularis) dan segi
empat (quadran gularis).
2.
Batang segitiga
dapat ditemukan pada jenis-jenis teki (Cyperus
sp.). Tumbuhan batang segi empat dapat ditemukan pada tumbuhan markisa (Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis
sp.), dan sebagainya.
3.
Batang pipih,
penampang melintang batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau setengah
lingkaran. Batang pipih biasanya selalu melebar menyerupai daun, sehingga
mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan
filokladia (Phyllocladium) dan
kladodia (cladodium). Batang bersifat
filokladia jika bentuk batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang
terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia
platyclada). Sedangkan batang bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh
terus dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-jenis kaktus (Opuntia microdasys).
Walaupun batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, menjauhi
tanah dan air, tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa variasi. Sehingga
arah tumbuh batang dapat dibedakan menjadi:
a.
Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas. Batang tegak lurus
biasanya tidak bercabang, misalnya pepaya (Carica
papaya), kelapa (Cocus nucifera)
dan beberapa jenis cemara;
b.
Menggantung (dependus, pendulus), batang seperti ini hanya dimiliki oleh
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuhan-tumbuhan
yang hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu;
c.
Berbaring (humifusus), batang ini terletak pada permukaan tanah, hanya
ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas misalnya pada semangaka (Citrillus vulgaris). Kadang-kadang batang berbaring diberi penunjang dari kayu,
kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke atas;
d.
Menjalar atau merayap (repens), batang menjalar hampir sma
dengan batang berbaring, yang membedakan terletak pada buku-bukunnya yang
mengeluarkan akar. Sehingga dapat tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat
ditemukan pada kangkung (Ipomoea
crassicaulis), ubi jalar (Ipomoea
batatas) dan sebagainya;
e.
Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti
hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas. Misalnya pada
kacang tanah (Arachis hypogaea);
f.
Mengangguk (nutans), batang ini
tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah
seperti mengangguk. Contohnya batang mengangguk dapat dilihat pada bunga
matahari (Helianthus annus);
g.
Memanjat (scandes), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang.
Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada watu naik ke
atas batang menggunakan alat-alat khusus untuk “berpegangan” pada penunjangnya
ini, misalnya dengan akar pelekat. Contohnya pada sirih (Piper betle) dan arisema (Arisaema
sp.). Selain dengan akar pelekat, batang memenjat juga melalui akar pembelit
seperti pada panili (Vanilla planifolia).
Selain dengan akar pelekat dan akar pembelit, tumbuhan ini dapat juga memenjat
denagn cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera), markisa (Passiflora
quadrangularis) dan sebagainya.
h.
Membelit (volubilis), berbeda dengan batang memanjat yang menggunakan alat
bantu untuk naik ke atas, batang membelit tidak menggunakan alat bantu, tetapi
batang tumbuhan itulah yang membelit. Dengan kata lain batangnya sendiri naik
dengan melilit penunjangnya. Arah melilit terbagi menjadi dua, yaitu ke kiri
dan ke kanan. Membelit ke kiri (sinistrorsum
volubilis), jika dilihat dari atas arah belitan berlawanan dengan arah
putaran jarum jam. Dengan kata lain jika kita mengikuti jalannya batang yang
membelit itu, penunjang akan selalu disebela kiri yang melihat. Contohnya pada
kembang sungsang (Gloriosa superba).
Sedangkan batang membelit ke kanan (dextrorsum
volubilis) jika arah belitan sama dengan arah gerakan jarum jam, sehingga
penunjang akan selalu di sebelah kanan yang melihat. Batang tumbuhan yang
membelit ke kanan tidak banyak ditemukan. Contohnya pada gadung (Dioscorea
hispida).
Pertumbuhan batang dapat dilihat dari percabangannya. Kebanyakan tumbuhan
melakukan percabangan, walaupun sedikit. Batang yang tidak melakukan
percabangan kebanyakan dari golongan tumbuhan Monocotyledoneae, misalnya jagung (Zea mays), bambu (Bambusa sp.),
tebu (Saccharum officinaru m), kelapa (Cocus nucifera), dan sebagainya.
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan menjadi tiga macam
cara percabanagan, yaitu secara monopodial, simpodial, dan menggarpu atau
dikotom. Cara menentukan percabangan pada batang adalah dengan melihat posisi
batang pokok terhadap cabang-cabangnya.
1.
Percabangan monopodial, yaitu
jika batang poko selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang
(lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya. Contohnya pada pohon
cemara (Casuariana equisetifolia),
kapuk (Ceiba pentandra), durian (Durio zibethinus), pinus (Pinus merkusii) dan sebagainya.
2.
Percabangan simpodial yaitu
batang pokok sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin
lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan cabangnya. Contohnya pada sawo manila (Archras zapota), bugenvil (Bougenvillea
spectabilis), jeruk (Citrus sp.)
dan sebagainya.
3.
Percabangan menggarpu atau
dikotom yaitu cara percabanagan, yang batang setiap kali menjadi dua cabang
yang sama besarnya. Contohnya paku adam (Gleichenia
linearis).
Sebagai salah satu fungsi tambahan batang yaitu sebagai penimbun zat-zat
makanan cadangan, dari ada nya fungsi tambahan tersebut batang mengalami
modifikasi seperti batang termodifikasi menjadi rimpang, umbi batang, dan juga
umbi lapis. Rimpang (rhizoma)
sesungguhnya adalah modifikasi dari batang beserta daunnya yang terdapat dalam
tanah,bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh
tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru.
Rimpang di samping merupakan alat perkembangbiakan juga merupakan tempat
penimbunan zat-zat makanan cadangan misalnya pada rimpang laos (Alpinia galanga). Penjelmaan batang dan
bukan akar dapat dilihat dari tanda-tanda berikut: 1) beruas-ruas,
berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian; 2) berdaun, tetapi daunnya
telah menjelma menjadi sisik-sisik; 3) mempunyai kuncup-kuncup; 4) tumbuhnya
tidak ke pusat bumi atau air, melainkan kadang-kadang lalu ke atas, muncul di
atas tanah. Pada umbi (tuber)
biasanya merupakan suatu badan yang membengkak, bangun bulat, seperti kerucut
atau tidak beraturan, merupakan tempat penimbunan makanan pula seperti rimpang
dan dapat merupakan penjelmaan batang, dan dapat pula merupakan penjelmaan
akar. Umbi batang (tuber caulogenum)
ini merupakan penjelmaan batang. Umbi batang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa
daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu seringkali permukaannya tampak licin,
buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya sisa daun
seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus), seperti yang terdapat pada
kentang (Solanum tuberosum L.) dan
ketela rambat (Ipomoea batatas).
Bahwasanya umbi batang adalah penjelmaan batang yang masih terlihat dari adanya
kuncup-kuncup (mata tunas) pada umbi ini, yang jika waktunya telah tiba dapat
bertunas dan menghasilkan tumbuhan baru. Sedangkan pada umbi lapis (bulbus), umbi lapis ini jika ditinjau
asalnya adalah penjelmaan batang beserta daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis
karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas
daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi
yang menyimpan zat-zat makanan cadangan, sedangkan batangnya sendiri hanya
merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu. Pada umbi lapis
dapat dibedakan dengan melihat bagian-bagain berikut ini: 1) subang atau cakram
(discus), bagian inilah yang
merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang
amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram, pada cakram tersebut itu pula
terdapat kuncup-kuncup; 2) sisik-sisik (tunica
atau squama), yaitu bagian yang merupakan penjelmaan daun-daunnya, yang
menjadi tebal, lunak, dan berdaging, yang
merupakan sebagai tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan; 3) kuncup
pokok (gemma bulbi), yang
sesungguhnya adalah kuncup ujung, terdapat pada bagian atas cakram yang tumbuh
ke atas mendukung daun-daun biasa, serta bunga; 4) kuncup samping, biasanya
tumbuh merupakan umbi lapis kecil-kecil, berkelompok di sekitar umbii induknya.
Bagian ini dinamakan siung (bulbus)
atau anak umbi lapis, seperti misalnya pada bawang merah (Allium cepa); 5) akar-akar serabut terdapat pada bagian bawah
cakram. Umbi lapis menurut sifat sisik-sisiknya dapat dibedakan dua macam
yaitu:1) yang berlapis (bulbus squamosus), jika daunnya
merupakan bagian yang lebar, dan yang lebih luar menyelubungi bagian yang lebih
dalam, hingga jika umbi diiris membujur akan tampak jelas susunannya yang
berlapis-lapis, misalnya pada bawang merah (Allium
cepa); 2) yang bersisik (bulbus
squamosus), jika metamorfosis daun-daunnya tidak merupakan bagian yang
lebar yang dapat merupakan selubung seluruh umbi, melainkan tersusun seperti
gentinng, misalnya pada lilia (Lilium candidum) dan bawang putih (Allium sativum).
VII.
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
1. Mempelajari struktur umum
batang dan fungsinya pada tumbuhan dikotil dan monokotil
Jadi, dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada
praktikum kegiatan 4 bahwa struktur umum batang dapat dilihat dari jenis batang
(batang mendong, batang berkayu, dan batang basah ) bentuk (segi tiga, segi
empat, bulat, dan pipih), permukaan (licin, berduri, memperlihatkan bekas
lentisel yang berfungsi untuk alat pernapasan bagi tumbuhan, berusuk, bersayap,
beralur, dan memeperlihatkan bekas daun), arah tumbuh batang (tegak lurus, memanjat,
dan menjalar), dan adanya alat tambahan (duri semu, lentisel, sulur, akar
pelekat, dan terdapat akar disetiap buku pada batang ubi).
2. Mempelajari berbagai struktur
batang yang telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus
Jadi, dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada
praktikum kegiatan 5 bahwa beberapa tumbuhan mengalami modifikasi batang karena
mempunyai fungsi tambahan seperti kentang modifikasi dari umbi batang (karena
tidak mempunyai sisa-sisa daun atau penjelmaannya) dan oleh karena itu biasa
disebut umbi telanjang, rimpang laos modifikasi dari rimpang yang merupakan
modifikasi dari batang dan daun didalam tanah, bawang merah merupakan
modifikasi dari umbi lapis (penjelmaan dari batang beserta daunya), dan bawang
putih merupakan modifikasi dari umbi lapis bersisik (penjelmaan dari batang
beserta daunya).
3. Mempelajari
perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur pohon
Jadi, dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada
praktikum kegiatan 6, pada kegiatan ini saya bersama dengan anggota kelompok
saya mengamati perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur pohon di
daerah sekitar kampus (tepatnya di sekitar lingkunga gedung CDAST Unej). Dari
hasil observasi yang telah dilakukan dapat kami identifikasi bahwa pada sepuluh
pohon yang telah kami amati (semboja/kamboja, jarak, bambu, kayu putih,
ceres/kersen, manecu/genitu, aren, palem, lamtoro, dan ketepeng) bentuk tajuk
dari ke-10 pohon tersebut bermacam-macam dan didominasi dengan bentuk tajuk
spreading (menyebar) dan yang lainnya berbentuk tajuk picturesoue, rounded,
columnar, payung, bintang dan pagoda, untuk jenis percabangan ada simpodial,
monopodial, dan tidak bercabang, untuk besar sudut kebanyakan memiliki sudut 450,
900 dan ada yang tidak memiliki besar sudut percabangan (aren
dan palem), untuk arah tumbuh cabang kebanyakan arah tumbuh cabang condong
keatas dan sisa nya ada yang mendatar dan ada juga yang tidak bercabang (aren
dan palem), serta dari ke-10 pohon tersebut memiliki karakteristik batang
seperti berkayu, kasar, licin, berbentuk bulat, berambut, memperlihatkan bekas
lentisel, dan memeperlihatkan bekas daun.
7.2
Saran
Untuk para praktikan agar dapat lebih teliti dan bersikap tenang
pada saat melakukan praktikum serta harus lebih menguasai dan memahami teori sebelum
praktikum dimulai. Serta pada saat melakukan
observasi atau mengamati perkembangan batang, pola percabangan dan arsitektur
pohon yang dilakukan secara berkelompok, agar dapat menganalisa atau mengidentifikasi
dengan lebih baik lagi agar hasil yang didapat bisa akurat. Jika nantinya
melakukan pengamatan tumbuhan secara berkelompok lagi agar lebih teliti dan
sesuai dengan sumber buku atau sember bacaan lainnya yang akurat untuk sebagi
acuan dalam mengambil hasil keputusan atau kesimpulan, dan dari masalah yang
ada pada saat mengidentifikasi tumbuhan-tumbuhan tersebut bisa menjadi
pelajaran untuk kedepannya agar lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar